Social Icons

Pages

Senin, 19 Oktober 2009

Perbedaan Harakah Bukan Simbol Perpecahan

Kepada mujahid benteng kebenaran
Selalu rindu akan lahir kejayaan
Kepada pewaris tahta yang gemilang
Menapak tegak menyongsong masa depan

Indonesia kini menjadi lahan subur bagi pergerakan Islam. Sehingga geliat dakwah dan keislaman terasa membahana di bumi pertiwi, dimana-mana selalu saja ada yang menyeru kepada kebenaran islam, seolah tidak ada ruang yang kosong. Alhamdulillah, geliat dakwah itu berasal dari aktivis pergerakan Islam yang aktif berdakwah, seolah tidak pernah letih dalam mengemban amanah yang memberatkan punggungnya, aktivis yang selalu berpeluh demi kerja-kerja besar, aktivis pergerakan yang selalu menghiasi bibirnya dengan kata hikmah. Subhanallah, semoga Allah membalas kalian dengan syurganya. Peluhmu, letihmu, waktumu yang tersita, perasaanmu, dan semua yang telah kalian korbankan demi pencerahan kepada ummat.

Saya melihat kalian dari luar fikrah dan harakah yang kuikuti, sehingga aku menuliskan semua ini bukan sebagai anggota dari suatu fikrah, melainkan seorang yang sedang menatap semua harakah dengan senyum menawan, menatap semua harakah sebagai singa Allah yang siap bertempur di medan laga, mempergunakan keahlian dan kemampuan mereka. Demi Allah, kutuliskan ini demi sebuah persatuan, bukan untuk mengkotak-kotakkan, apalagi menjelek-jelekkan pihak yang tidak sefikrah dengan saya. Saya menatap semua harakah sebagai pelangi yang begitu indah. Semua orang menyukainya, karena keindahan yang menyenangkan.

Saya pikir semua aktivis harakah islam paham dan hapal, sebuah surat cinta dari Allah yang mengatakan bahwa Allah mencintai orang yang berjuang dijalannya dengan shaff yang rapi. Ayyuhal asdiqaaiy! Renungkan ayat ini, karena tanpa shaf yang rapi maka kejayaan itu mustahil akan tercapai. Dan shaf yang dimaksud disini bukan shaf dalam satu harakah saja, namun shaf seluruh ummat Islam. Mustahil kejayaan itu akan tercapai jikalau kita sendiri bercerai berai. Karena shaf adalah kekuatan dan shaf adalah ruh keimanan.

Namun izinkan saya jujur dan sedikit mengeluh, senyum yang tadinya menawan karena melihat harakah islam yang begitu aktif dalam menjunjung panji-panji Islam kini harus harus sedikit memudar, membentuk senyum yang menyakitkan. Bagaimana tidak, seolah perbedaan harakah diantara kita manjadi hijab yang rentan dengan konflik. Konflik itu biasanya tergambar dari sikap dan tanggapan kita terhadap saudara dilintas harakah. Bukankah kita hapal diluar kepala, ayat Allah yang menegaskan bahwa semua orang beriman itu bersaudara. Apakah kita lupa dengan ayat sering kita baca berulang-ulang itu? Ayat yang semakin mengokohkan persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar, hingga tidak ada lagi kata perbedaan status diantara mereka. Lalu ada apa dengan kita?

Subhanallah, kudapati dalam diri kalian wahai para aktivis pergerakan Islam, tanpa membedakan harakah kalian. Ruh semangat juang yang begitu tinggi, kita mempunyai cita yang sama. Kembalinya sebuah khilafah. Cita itu begitu agung dan telah menyatu dengan aliran darah dan desahan nafas kita. Sebuah impian yang sebentar lagi akan terwujud saudaraku, jangan hancurkan impian itu! Yah mungkin kita menatap impian yang masih dipuncak gunung itu di tempat yang berbeda, ada yang menatap impian itu dari sebelah kanan, kiri, depan, belakang. Dan mungkin kita menatap impian itu dalam keadaan yang berbeda pula, ada yang sedikit posisi miring, ada yang sementara duduk, berdiri, berjalan, berlari. Dan mungkin karena keadaan dan tempat kita dalam menatap impian indah itu hingga menjadikan kita berbeda, namun bukan berarti kita tidak bersatu kan saudaraku? Yang penting tidak ada diantara kita yang menatap impian itu dengan keadaan berpangku tangan.

Ada pepatah yang menyatakan, banyak jalan menuju roma. Mungkin itulah yang terjadi dengan kita, semua harakah mempunyai jalan tersendiri untuk mencapai tujuan. Yang jelasnya kompas yang digunakan sebagai penunjuk jalan adalah Al-qur’an dan sunnah. Sehingga tidak ada yang melenceng dan tersesat, saya yakin semua mempunyai pegangan yang kuat. Dan inilah yang membuat kita sering larut dalam konflik antar aktivis, karena kita masih saja memperdebatkan apa yang memang tidak bisa kita persatukan, karena memang dasar dalam memandang suatu masalah yang berbeda.

Harakah Islam saya gambarkan sebagai pelangi yang indah, semua mata akan betah memandangnya seraya bibirnya mengucap tasbih akan keindahan ciptaan Ilahi. Namun bagaimana jika pelangi itu menjadi tidak beraturan? Apakah masih akan indah kelihatan? Ataukah itu menjadi tanda kiamat? Ada hadits yang mengatakan bahwa perbedaan ummatku adalah berkah, walaupun disebutkan dalam beberapa buku bahwa hadits itu dhaif. Tapi setidaknya kita bisa mengambil pelajaran, karena isi dari kalimat tersebut tidak salah, bahkan sesuai dengan kondisi kita saat ini. Anggap perbedaan ini suatu berkah sehingga konflik bisa kita hilangkan. Lihatlah dalam satu kebun, pasti akan menambah keindahan jika ditumbuhi beraneka ragam bunga. Ada berwarna kuning, putih, merah, ungu. Dan datanglah lebah untuk menghisap sari bunga yang beraneka ragam itu, lebah tidak membedakan antara bunga kuning dan merah, semuanya diisap. Dan hasil dari sari bunga yang berbeda itu akan menjadi madu, madu yang begitu manis. Bukankah begitu saudaraku?

Sebenarnya jika kita ingin saling mengerti dan memahami, maka semuanya akan menjadi indah. Setiap harakah mempunyai keunikan tersendiri, khususnya kita di Indonesia. HTI lebih konsentrasi dalam pembentukan khilafah dengan sosialisai bahwa hanya islam lah solusi yang tepat bagi semua masalah, dan itu benar. Aktivis tarbiyah, PKS dan juga partai islam lainnya lebih memilih untuk ikut dalam pemerintah untuk melakukan perubahan bagi pemerintahan bangsa kita yang amburadul, dan itu benar. Jama’ah tabliq (JT) dengan kesadaran penuh mereka turun untuk berdakwah dan mengajak orang secara langsung untuk beribadah, JT konsentrasi dalam masalah ibadah, dan itu benar. Salafi yang lebih konsentrasi dalam pemurnian aqidah dan pemberantasan bid’ah, dan itu juga benar. Lalu apa yang salah dari kita? Mari kita gabungkan kerja-kerja kita, PKS dan partai-partai islam yang siap mendukung program yang baik dan berpihak pada kemaslahatan ummat. HTI yang melakukan penyadaran bahwa hanya Islamlah solusi, JT yang mengajak untuk ibadah, dan salafi untuk pemurnian aqidah. jika kerja-kerja ini kita satukan maka impian itu akan semakin cepat kita raih. Apalagi ditambah gerakan islam yang lain, yang semuanya ingin khilafah terwujud.

Saudaraku, lihatlah impian yang dipuncak gunung sana sedang melambaikan tangannya kepada kita, dia merindukan kita untuk segera sampai kesana, dan kita pun dengan segala upaya menghampirinya, sekarang kita sementara berlari ke arahnya, jangan sampai karena perbedaan latar belakang membuat kita saling menjatuhkan di tengah jalan, jika kita saling menjatuhkan maka siapakah yang akan sampai kesana? Impian itu semakin melambaikan tangannya, ayo saudaraku jangan sampai impian itu dihancurkan oleh ego kita semua. Saatnya kita saling memapah, menopang dan saling menguatkan. Jika ada saudaramu yang terjatuh mari kita papah dia, bukan malah menyumpahi dengan sumpah serapah. Ayyuha! Masih banyak musuh islam yang harus kita hadapi, musuh kita bukan lintas harakah, tapi musuh kita adalah mereka yang tidak ridho dengan Islam. Ayyuha!

Saudaraku, ada penyakit yang menjangkiti hati kita sebagai aktivis harakah islam. Ketika kita menganggap harakah kita paling sempurna dan harakah yang lain buruk, bahkan membid’ahkan dan menyesatkan harakah lain. Padahal tidak ada satupun harakah yang sempurna, semua ada celahnya dan kekurangannya. Namanya juga hanya buatan manusia, jadi tidak ada yang sempurna. Namun celah dan kekurangan itu bisa ditutupi dengan bersatunya semua harakah islam, kita saling melengkapi dan menutup kekurangan. Bukan malah saling membongkar kekurangan, tidak cukupkah Rasulullah menjadi panutan kita? Pernahkah beliau mengajari kita untuk menutupi aib dan kekurangan saudara sendiri? Rasulullah bersabda barang siapa yang menjaga aib saudaranya maka Allah akan menjaga aibnya di hari kiamat.

Mohon maaf jika tulisan ini terkesan menggurui, saya hanya menulis apa yang saya rasakan dalam gerakan dakwah islam. Saudaraku, aku mencintaimu karena Allah, seluruh aliran di darah ini dipenuhi kerinduan akan hadirnya kedamaian di bumi titipan Allah ini. Saudaraku, aku merindukan saat dihisab nanti amalan baik kita bercerita di hadapan Allah, tentang peluhmu…. Saudaraku, kutulis ini dengan perasaan yang mengharu biru dan kukirimkan do’a untuk persatuan kita…. Semoga kalian semua diberkahi oleh Allah dan menguatkan pancang kakimu di harakah manapun kamu berpijak.

Munawir Syam, syaamilah@yahoo.com

13 komentar:

Anonim mengatakan...

subhanallah... barakallah... semoga menjadi bahan perenungan bagi kita semua sesama aktivis dakwah...

Anonim mengatakan...

maaf kepada semua teman2 kalau selama ini banyak yang tersakiti.. maaf. terima kasih kepada penulis artikel ini

adit mengatakan...

subhanallah artikel yang hebat! saya pribadi sebagai aktivis tarbiyah memohon maaf kepada teman2 harakah lain kalau selama ini ana banyak khilaf. dan juga kepada teman2 aktivis tarbiyah. s

mohdkurnia bin lau mengatakan...

Af1 sy dari harakah yg sama dari antum... sebab semua harakah Islam telah sy masuki...
idealnya seperti yg antum katakan...
tapi semua yang ideal memerlukan konsep ketetapan reality (kepakatan kefahaman satu manhaj Allah...)tanpa ini kita hanya akan mmindahkan peperangan dari tanah Arab... Jazakillah

Anonim mengatakan...

Ana sepakat dengan yg nt katakan tp akhi medan realita sangat berbeda denangan medan idealita... Sygnya pemikiran orang lain tidak sama dengan yang kita pikirkan!!!

Anonim mengatakan...

tulisan yang bagus, moga bermanfaat

Anonim mengatakan...

subhanallah, menggugah. saya bergetar membacanya. kalau saja semua aktivis dkwah punya pemikiran yang sama seperti ini tentunya pelangi yang indah itu akan tercipta. mari akur dan saling mendukung, dan segera raih impian itu, islam sbg ustadziyatul 'alam, islam yang rahmatan lil 'alamin.

Anonim mengatakan...

subhanallah.... saya dari gerakan islam HTI meminta maaf kepada sesama aktivis Islam lintas harakah, terima kasih buat akh Munawir Syam atas artikelnya..... sungguh, sangat menarik, dan ternyata perbedaan bisa menjadi indah jika disikapi dengan arif

ummu yahya mengatakan...

sebelumnya jazakallah atas artikel ini....saya menjadi teringat dengan perumpamaan yang diberikan oleh seorang ustadz dalam menyikapi perbedaan harokah. kita seumpama berada di jembatan yang berbeda namun satu tujuan, jika kita disibukkan dengan melihat atau bahkan mencari2 kesalahan orang di jembatan yang lain, kapan kita akan sampai? padahal kehendak kita, kita sampai pada tujuan kita bersama2, walau berbeda jembatan, berbeda jalan...
mari menghilangkan rasa 'berbeda' itu, sehingga walau berbeda harokah tetap satu identitas kita, MUSLIM!

Anonim mengatakan...

subhanallah.. akhirnya ada yang bsa membahasakan hal ini..
"bagaimana kita bisa memperjuangan islam saat dicela seperti ini jika muslim sendiri terpecah belah bukan.."
bersatulah.. visi kita sama.... ALLAH.. ALLAH GHOYATUNNA.. I love islam.

Raja mengatakan...

Barakallah dan subhanallah...artikelnya
Memang seharusnya punya cara pandang yg luas tidak hanya dibatasi oleh tempurung, tapi keluar tempurung diluar masih banyak kebenaran, hidayah, perbedaan itu mah biasa sunatullah tapi tetap satu tujuan ALLAH, toleransi dalam perbedaan, berlapang dada dengan perbedaan, ikhlas dengan saudara muslim lain yang berjuang yang berbeda haraqah. Ketika berbeda wajar tanpa harus men-judge/menghakimi apalagi sampai mencaci maki/menghujat setiap perbedaan.

salam

Tini mengatakan...

Subhanallah, menggetarkan rasa syukran akh :)

farysy mengatakan...

jzkmh saudraku....mmng tdk dpt dpungkiri, pandangan kita slama ni klu seakan2 haraqah kita yg paling benar shingga kita menutup diri dngn saudra2 kita yg lain....yuk luruskan niat....islam adlh rahmatan lil'lamin....wallahu'lambiswab

 
Blogger Templates