Oleh: Mochammad Bugi
Setelah Rasulullah
saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama -Asia,
Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan
pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan
Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan
Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya, sejak
tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa
saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima
kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya,
tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas
ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai
kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat
memeras rakyat.
Kelas keempat adalah
para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka
dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh
tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi
sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke
Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin
Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati
kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen.
Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai
Roderick-ikut mengungsi.
Melihat kezaliman
itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan
Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa
segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang
pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91
Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara
menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25
Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah
pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya,
pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa
perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak.
Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah
ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol.
Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang
kedua.
Thariq bin Ziyad bin
Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin
Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah
Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang
kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Senin, 3 Mei 711 M,
Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal.
Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit
karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab
“Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua
armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget.
Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana
nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan pedang
terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk
kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal
di sini atau kita semua binasa!”
Kini pasukannya
paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan
semangat berkobar.
Lalu Thariq
melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana
lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada
musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran
dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh dengan jumlah
pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian.
Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian
berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya
kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan
kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka
agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.
Musuh kalian itu
sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah
penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka
hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian.
Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang
keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.
Kita harus bahu
membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat
sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati
kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang
agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya
dan membela agama-Nya.
Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama
yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja
Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada
kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan
membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin,
para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah
bendera Islam.”
Mendengar pasukan
Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan
persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair
mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan
Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28 Ramadhan 92
H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai
Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang
anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan
muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman
Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.
Usaha Julian
berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan
pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan
situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat
Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya Roderick
mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah
dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah
awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian,
Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan
menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan
Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan
Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya
menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa
perlawanan.
Pasukan Musa dan
pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija.
Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam
waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun
kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb
(Barat).
Sungguh itu
keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana
membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu
itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat
itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil
mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa
bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
Setelah bertemu
Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia
sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di
lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan
Eropa.
Sumber: Dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar