TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Ketua Humas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lampung Detti Febrina mengatakan, tuduhan pelecehan seksual adalah hal yang tak main-main. Ia mengutarakan, pelecehan seksual mengindikasikan kesengajaan pelaku untuk melakukan tindakan tersebut.
"Jika Pandu PKS yang dimaksud memang terbukti benar melakukan tuduhan tersebut, tentu pimpinan PKS tidak segan-segan akan menjatuhkan sanksi setimpal," ujarnya, Senin (7/1/2012).
Namun, PKS menyatakan menyimpan rekaman video dari dua angle berbeda, yang terbukti sama sekali tidak menunjukkan adanya kesengajaan pihak pengamanan Presiden PKS (kepanduan) menyentuh atau mendorong bagian depan wartawati Harian Radar Lampung bernama Dina Puspasari.
Detti menuturkan, Pemred Radar Lampung Ary Mistanto menyaksikan dan menyepakati, bahwa tidak ada satupun aktivitas yang bisa disebut sebagai pelecehan seksual yang terjadi, saat acara Safari Dakwah Sumatera PKS di Lapangan Enggal, Bandar Lampung, Minggu (6/1/2012) pagi.
"Yang ada adalah, Dina ingin memotret pemakaian selempang tapis Presiden PKS, namun pada saat yang sama menghalangi KH Abdul Hakim yang akan memasuki tempat prosesi. Tampak rekan kepanduan mengulurkan tangan untuk menuntun Ust Hakim masuk, dan rekaman video juga menunjukkan Pandu yang bersangkutan mengucapkan 'permisi'," terang Detti.
Menurutnya, pada situasi padat manusia seperti itu, mungkin mustahil nir sentuhan. Tapi, menyebut tindakan sesuai protap yang dijalankan rekan kepanduan tersebut dengan diksi pelecehan seksual, Detti menilai agak terlalu berlebihan.
Ia memaparkan, ekspresi mungkin bisa salah tangkap. Namun, video menunjukkan tidak tampak ada sesuatu yang salah yang telah terjadi jika dilihat dari ekspresi Dina.
Sumber: Tribun-timur.com
"Apakah terkejut atau berteriak atau protes, jika memang benar telah terjadi pelecehan seksual," ucap Detti.
"Maka, dengan segala kerendahan hati dan itikad baik, kami minta ketulusan Dina untuk mencabut publikasi via apapun, yang telah menyatakan bahwa ia mengalami pelecehan seksual pada acara Safari Dakwah PKS," pita Detti.
Detti menuturkan, Dina juga telah menyampaikan keberatan atas kejadian itu pada konferensi pers di lokasi acara, dan mengawalinya dengan, "PKS sebagai partai yang tidak lagi menghormati wanita." Ucapan itu disampaikan di hadapan publik via mikrofon sebagai pertanyaan atau pernyataan pada Presiden PKS.
Saat itu juga, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq telah menyampaikan permohonan maaf, serta berjanji memerbaiki sistem pengamanan jika dianggap terlalu ketat bagi insan pers.
Detti mengutarakan, sebagai wartawati yang dianggap mitra, di hadapan rekan-rekan pers lain, Dina, lanjutnya, menerima permohonan maaf PKS. Detti menganggap Dina bahkan bisa bersenda gurau, tertawa, dan clear. No hurt feeling.
"Maka menjadi sangat mengejutkan tatkala kemudian muncul soal broadcast curhat Dina," imbuhnya.
Soal pengamanan yang dianggap terlalu ketat, PKS terus jadikan ini sebagai pelajaran, karena protap teman-teman kepanduan PKS soal pengamanan VIP yang jauh lebih madani, sebenarnya telah lama diberlakukan.
Detti memaparkan, dari tampilannya saja, Pandu Keadilan tak ingin terjebak jadi paramiliter sipil.
"Tak ada seragam loreng, karena yang dihidupkan adalah prinsip pandu, bukan sayap paramiliter. Seragamnya 'hanya' kaos berkerah," tuturnya.
Detti mengutarakan, pihaknya selalu menjadikan input soal standar pengamanan, khususnya dari rekan-rekan pers, sebagai bahan memperbarui model pengamanan Pandu Keadilan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar