Social Icons

Pages

Rabu, 21 November 2012

21 Malam di Gaza






Kamis, 05 Februari 2009

21 Malam di Gaza

Oleh: Tifatul Sembiring

(Presiden PKS)

Di mana engkau wahai saudaraku kaum Muslimin

Saat kaum Yahudi datang merobek-robek rumah kami

Menumpahkan segala jenis bom-bom dan amunisi

Kami bertempur melawan musuh dan dinginnya malam

Dengan tangan-tangan kosong, yang hanya tinggal kepalan

Di mana engkau wahai saudaraku kaum Muslimin

Saat kami berlari-lari di kegelapan

Menghindari desing peluru yang berhamburan

Menyeret kaki berdarah-darah

Yang sobek tertancap besi yang patah

Di mana engkau wahai saudaraku kaum Muslimin

Saat keluarga kami dicerai-beraikan

Oleh panasnya bom fosfor yang melelehkan jangat di badan

Saat aku berdiam menggigil di bawah gundukan

Menanti waktu pagi saat gencatan

Di mana engkau wahai saudaraku kaum Muslimin

Ketika kutemui anak-anak kami terserak bergeletakan

Dengan tubuh lebam penuh luka mematikan

Saat jeritanku pecah, tak lagi tertahankan

Menatap ketiga jasad mereka yang kaku dan diam

Rasa nyeri hati tak mampu kusabarkan

Semalam penuh mereka meraung-raung kesakitan

Kini...

Kukecup satu per satu buah hati kami

... dengan tatapan mata perpisahan

Gaza... oh Gaza, dua puluh satu malam

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Tiga minggu penuh serangan brutal Israel dihunjamkan ke wilayah Palestina di

jalur Gaza. Pada awalnya, serbuan dimulai dengan pesawat-pesawat canggih F-16

yang memekakkan telinga di jalur Gaza. Jalur yang sempit itu, hanya memiliki

lebar rata-rata lima kilometer dengan bagian yang paling lebar tidak lebih dari

12 kilometer. Di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Israel, di sebelah

barat ada bibir laut Mediterania. Di selatan ada sebuah celah sempit kota Rafah

berbatasan dengan Mesir. Akan tetapi, perbatasan ini dijaga oleh dua lapis

pasukan. Lapis pertama oleh tentara Mesir dan lapis kedua adalah tentara Israel.

Dengan bom-bom cluster yang canggih, senjata terbaru buatan Amerika, Israel

menghancurkan dan membombardir sasaran-sasaran sipil. Mereka tidak peduli apakah

itu masjid, sekolah-sekolah, rumah-rumah, bahkan tempat-tempat penampungan

pengungsi yang dikelola oleh PBB. Semua mereka hantam dengan membabi buta.

Serangan ini hanya dilawan Hamas dengan senjata-senjata kecil yang biasanya

digunakan dalam perang kota. Tentu saja, terjadi ketidakseimbangan kekuatan yang

sangat mencolok, karena harus melawan berbagai kekuatan senjata dan alat

pembunuh yang canggih keluaran terbaru. Di tengah berlangsungnya kebiadaban ini,

dengan tenang dan penuh diplomasi George W Bush--presiden Amerika Serikat saat

itu--mengatakan bahwa Israel hanya sedang membela diri karena ditembak

roket-roket Hamas.


Tidak puas dengan serangan udara, hari berikutnya tank-tank Israel merangsek

masuk ke wilayah Gaza, menghantam dan meluluhlantakkan bangunan-bangunan yang

ada. Tanpa belas kasihan, seorang wanita yang mengibarkan bendera putih pun

dihajar oleh peluru tank Israel hingga tubuhnya hancur berserpihan.

Tentara-tentara Yahudi ini memang tak peduli, apakah sasarannya perawat, dokter,

pekerja sosial, atau wartawan sekalipun, semua dibantai. Sementara, belasan

negara Arab hanya mematung bingung tanpa protes, tanpa bantuan, dan tanpa

pembelaan.


Setiap pagi mata kita berkaca-kaca menyaksikan berita tentang Gaza di televisi.

Malam demi malam korban selalu bertambah. Tidak kurang dari seratus orang

rata-rata korban meninggal setiap hari dan lebih dari lima ratus orang luka

berat. Saat gencatan senjata, setelah Gaza diserang selama tiga pekan, data

jumlah korban meninggal lebih dari 1500 orang dan lebih dari 5000 orang luka

berat dengan cacat permanen atau kelumpuhan dan amputasi anggota badan.


Kebiadaban Israel ini memang di luar perikemanusiaan yang dikenal oleh

peradaban. Bangsa yang telah dikutuk Allah SWT melalui lisan Daud dan Isa

'alaihimassalam ini datang dan merampas tanah-tanah rakyat Palestina, setelah

Inggris menduduki wilayah tersebut pasca-Perang Dunia I. Skenario mendatangkan

orang-orang Yahudi ke Palestina pun dimulai. Perlahan jumlah mereka setiap waktu

meningkat sangat siginifikan. Lalu pada 1922, PBB menguatkan mandat Palestina di

bawah Inggris.


Teror-teror Yahudi atas penduduk Palestina, bahkan kasus pembakaran Masjidil

Aqsha, mendapat perlindungan penuh dari tentara Inggris. Dan, atas bantuan PBB,

Inggris, Rusia, dan Amerika, maka pada 1948 berdirilah Negara Israel. Mereka

memperluas wilayah pendudukan atas Palestina dan wilayah Arab sekitarnya.

Selanjutnya, lebih ekspansi lagi dalam perang tahun 1967. Jadi, sekali lagi

perlu ditegaskan dan diingatkan, bahwa status Israel atas Palestina adalah

PENJAJAHAN. Awalnya, hanya 5 persen wilayah Palestina yang diduduki oleh Yahudi.

Namun, kini lebih dari 80 persen tanah Palestina telah dirampas Israel.


Kisah terakhir adalah di penghujung tahun 2008. Setelah Israel sukses memecah

belah pemerintahan Palestina hasil pemilu yang paling demokratis. Pemilu yang

dimenangkan oleh Hamas tersebut dimusuhi, diboikot, termasuk oleh AS dan

negara-negara Eropa. Kemudian Palestina dibelah, Mahmud Abbas dan Fatah

mengklaim Tepi Barat, sementara Hamas bertahan di Gaza. Lalu, disepakati

gencatan senjata antara Hamas dengan Israel, namun Israel memblokade seluruh

perbatasan. Tentara-tentara Yahudi memutus aliran listrik, menyetop pasokan gas

dan juga memutus aliran air bersih ke Gaza. Mereka juga menyetop dan menahan

semua bantuan, termasuk makanan maupun obat-obatan bagi rakyat Palestina. Tampak

jelas sekali Israel amat berambisi membuat 1,5 juta rakyat Palestina yang

tinggal di Gaza ini mati perlahan. Korban pun mulai berjatuhan.


Untuk memecah kebuntuan setelah berakhirnya masa gencatan senjata guna menarik

perhatian dunia Internasional, Hamas menembakkan beberapa roket kecil ke wilayah

Israel yang mengakibatkan kerusakan berupa lubang-lubang dangkal sebesar piring

makan. Inilah yang kemudian direspons Israel dengan memborbardir habis Gaza

selama 21 malam berturut-turut.


Lelehan darah dan air mata rakyat Palestina meneriakkan kepiluan, ''Waa

Islamah...''. Di manakah saudara-saudara seiman? Sedangkan Rasulullah SAW pernah

bersabda, ''Perumpamaan orang-orang beriman dalam percintaan dan kasih sayang

mereka, bagaikan satu tubuh. Bila ada satu bagian yang sakit, semua tubuh

merasakan sakit dan demam, hingga tidak bisa tidur.''


Kita melihat sedikit sekali perhatian dunia Islam pada saudara-saudara kita di

Gaza. Padahal, sumbangan ini walaupun kecil--katakanlah walau hanya satu

dolar--akan sangat berarti manakala seluruh umat Islam di dunia serempak

melakukannya, agar saudara-saudara kita di Gaza pulih dari penderitaan dan

kehancurannya. Solidaritas kita akan mengalirkan semangat pada rakyat Palestina

di Gaza, hingga mereka akan bangkit dan terus berjuang. Bahkan, seorang Michael

Heart pun terinspirasi menggubah sebuah lagu, Song for Gaza, untuk melawan

kezaliman ini, di antara bait syairnya berbunyi:


We will not go down

in the night without a fight,

you can burn up our mosques and our homes and our schools,

but our spirit will never die.

We will not go down

in Gaza tonight


Memang kita sendiri bangsa Indonesia yang hampir 90 persen penduduknya adalah

Muslim, peran dan kontribusi kita, sangat diharapkan oleh negara-negara Islam

lainnya, namun masih sangat sedikit perhatian kepada rakyat Palestina. Berbagai

demonstrasi solidaritas yang dilakukan, memprotes kebrutalan Israel, masih harus

menerima cibiran dan kecurigaan dari beberapa kalangan. Dan saudaraku, betapa

aku jadi malu sendiri, ternyata masih amat sedikit yang dapat kulakukan. Dan,

aku lebih tidak peduli lagi, ketika disebut sebagai tersangka, sebab membela

saudara kami dari kejahatan kemanusiaan. Wallahua'lam bishawwab.


sumber: http://dir.groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/message/30483

2 komentar:

Unknown mengatakan...

tulisannya ndak terbaca, karena sama2 item latar n teksnya

Unknown mengatakan...

tulisannya tdk trbaca, latar n teksnya sma2 itam

 
Blogger Templates