Jatuh Cinta Pada Pertemuan Pertama

( Masram )
Setiap orang pasti merasakan resah dan gundah gulana ketika belum mendapatkan cahaya kebenaran. Hati tidak pernah tenang dan tidak tahu akan kemana arah hidup, hanya berjalan terseok bersama waktu. Seperti itulah yang dulu kurasakan. seolah hidup ini untuk bersenang-senang saja.

Aku bertempat tinggal di sebuah pulau yang jauh dari hiruk piruk kota dan keramaian. Sejak lahir tidak pernah ada lantunan adzan dari sang ayah yang mengalun di telinga kananku, dan tidak pula lantunan iqamat di telinga kiriku. Dan sejak itu pula bermula kehidupanku yang gersang dari sentuhan agama. Maka jadilah diriku anak yang tidak mengenal agama. Namun orang tuaku tidak pernah membatasi dalam menuntut ilmu, beliau terus menyemangati agar aku menjadi orang berhasil. Tapi Ilmu yang kudapat di bangku sekolah tidak cukup untuk membimbingku ke arah yang benar. Jadi tak heran sampai lulus SMA salatku hanya satu kali dalam satu minggu, yaitu hari jum’at. Itupun biasanya bolong-bolong.

Dan tibalah saat hidayah itu datang mengetuk qalbuku. Hidayah itu datang melalui perantaraan kajian yang kuikuti waktu jadi mahasiswa baru. Lewat kajian ini aku mendapat banyak ilmu yang sebelumnya tidak kudapati. Hausku pun terobati sedikit demi sedikit. Dan terlebih lagi aku dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang begitu perhatian. Dan kehidupanku di lingkaran halaqah menjadi sangat bermakna. Seorang ustad yang tak pernah lelah mengajari kami tentang Islam dan menjadi muslim yang berdaya guna. Maka kusebut halaqah pertamaku sebagai kenangan terindah dan aku jatuh cinta pada pertemuan pertama.

Alhamdulillah setelah mengenal dunia tarbiyah hidupku pun terasa tenang, arah hidup semakin jelas. Dan salatku tidak bolong-bolong lagi. Aku terus berdo’a agar tetap istiqamah di jalan ini. “ tarbiyah bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya tidak dapat dicapai kecuali dengan tarbiyah.”