Social Icons

Pages

Minggu, 31 Mei 2009

Mengenang sahabat Perjuangan

( Mba Dari, Bogor )

Setiap mendengar kata kematian, aku langsung teringat kurang lebih tujuh tahun yang lalu, saudara seperjuanganku, seorang akhwat asal Jogja (sebut saja namanya Ami), seorang gadis muslimah yang nyaris sempurna. Dia baik, pintar, cantik, dan shalihah.

Suatu saat halaqoh kami mengadakan acara kegiatan pelatihan mengurus jenazah atau yang biasa disebut dengan Dauroh Janaiz. Bertempat di sebuah masjid di kawasan gunung Putri Bogor. Kegiatan dimulai dari teori cara memandikan dan mengkafani jenazah, yang disampaikan oleh seorang Ustadzah...(namanya aku lupa, tapi beliau tinggal di daerah mampang Jakarta).

Pada waktu saat praktek, timbul masalah, siapakah yang mau bersedia menjadi jenazah? Sementara panitia hanya menyediakan boneka, dan rasanya itu kurang afdhol.
Dari seratus orang peserta tidak ada yang mau, begitu juga dengan panitia penyelenggara (maksudnya halaqoh kami yang berjumlah delapan orang).
Sebenarnya aku mau saja, tapi tugasku sebagai register dan fotografer tidak mungkin kutinggalkan, disaat-saat kebingungan itu, tiba-tiba Ami maju ke depan, "Biar ana saja ukh..." ujarnya mantap.
"Ok. tafadhol ukh..." aku mempersilakan.
Seolah-olah menjadi jenazah sungguhan, Ami dengan rela tubuhnya dibungkus dengan kain kafan, diikat tali dan diberi kapas. Aku segera mendokumentasikan momen-momen tersebut.

Tiba-tiba dadaku serasa berdesir, kutatap wajah Ami yang pucat pasi, aku seperti melihat Ami yang lain, Ami yang sudah tak bernyawa lagi. Secara iseng aku pegang tangannya yang masih berbalut dengan kain kafan.Dan jantungku hampir berhenti berdetak, tangannya dingin sekali. Aku mulai berfikir yang tidak-tidak. Apakah dengan cara ini Ami meninggal? Segera kutepis pikiran tersebut, kulihat ke sekeliling, semua masih asyik menyimak penjelasan Ustadzah dalam menyampaikan materi sekaligus praktek mengurus jenazah. Ah..., mudah-mudahan hanya perasaanku saja.

Aku bisa bernafas lega ketika usai acara, Ami menghampiriku. "Apa yang ukhti rasakan saat menjadi mayat tadi..." tak sabar kutanyakan hal itu padanya.
Dia memandangku tanpa ekspresi, bibirnya bergetar ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar hanya ucapan "Ana takut ukh..." dan tangisnya pun pecah di pelukanku.

Tiga hari berikutnya, aku ke tempat kos-kosannya, kutunjukkan foto-foto hasil jepretanku saat acara dauroh janaiz, Ami mengambil lima buah foto, itu adalah foto-foto dirinya saat ia menjadi "jenazah". Secara refleks ia mengambil lem, kemudian ditempelkannya foto-foto tersebut di dinding kamarnya. Aku memandangnya takjub juga heran, "Agar ana selalu ingat akan mati ukh..." ucapnya seolah tahu apa yang ada dalam benakku.

Malamnya sepulang dari tempat Ami, aku tidak bisa tidur, ingat mimipi burukku tentang kematian Ami, ingat dauroh janaiz, ingat Ami yang jadi "jenazah", ingat foto-foto Ami yang ditempel di dinding, ingat kata-katanya, ingat tangisannya, ingat semuanya.
Akhirnya kuhabiskan malam itu dengan qiyamulayl, tilawah, dan doa Robithoh, ribuan doa kupersembahkan untuk Ami, saudara seperjuanganku...
Ya Allah...lindungilah ia...
selamatkanlah saudaraku...
berikan kehidupan yang terbaik untuknya...
berikanlah tempat terbaik di sisiMu nanti...

Dua hari setelah peristiwa mimipi buruk itu, aku mendengar kabar, Ami kecelakaan motor, sepulang dari rumah sakit bersama teman sekantornya.
Ami kehabisan darah sehingga langsung meninggal di tempat kecelakaan tersebut.
Inna lillahi wa inna ilayhi roji'un...

Aku hampir tak percaya saat kusaksikan Ami berlumuran darah.
Ya Allah...ternyata dengan cara ini, Engkau mengambil nyawa saudaraku...???
Apa yang kurasakan dan kupikirkan tentang kematian Ami selama ini menjadi kenyataan.

Kematian yang baik atau burukkah ia...? Syahidkah ia...? Ya Allah...apapun jenis kematian yang menimpa saudaraku ini, berikanlah tempat yang terbaik untuknya...

Kematian adalah rahasia Allah, di manapun dan kapanpun, kematian akan selalu mengintai kita. Entah itu di tempat tidur ataupun di tiang gantungan...Kita hanya berharap dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khotimah...
Motto kita "Hidup mulia atau mati syahid"

Kematian seperti apakah yang kita inginkan...???


Bogor, 30 Mei '09
Mengenang kematian saudara seperjuanganku.

7 komentar:

Irfan Azizi mengatakan...

Innalillahi wa innalillahi raji'un. Sungguh Maha Kuasa Allah swt. yang memiliki jiwa-jiwa kita. Tiada daya kita untuk menghindar dari kehendak-Nya.
Terima kasih mbak, atas kisah yg dibagikan. Salam ukhuwah dan perjuangan untuk ikhwah2 di Bogor. Ana jadi rindu untuk kembali hanyut dalam rutinitas dakwah di Bogor.
Semoga Allah swt. mengambil jiwa2 kita dengan sepenuh keridhaan-Nya. Dan Ia kumpulkan kita kembali di surga-Nya.

khalilurrahman mengatakan...

innaa lillaahi. betapa indahnya wafat dalam keistiqamahan.
jazakillah mbak sharingnya.
ana juga jadi rindu dengan aktivitas di bogor dulu.

riesha Bulqia mengatakan...

innallaha ma ana...
apapn yang terjadi sesungguhnya Dia selalu ada bersama kita..
Ya Rabbul Izzati...kisah ini betul2 membaut ana kesulitan bernapas..inilah rahasia Allah...
innalillahi wa inna ilaihi rajiun...!!!

Nurfakhirah Kadir mengatakan...

Inna lillaahi wa inna ilaihi roji'un.
Semoga amal ibadah saudara kita ami, diterima di sisi Allah SWT dan semoga kita yang ditinggalkannya selalu ikhlas dan istiqomah dijalan-NYA serta dianugerahi akhir kehidupan yang Khusnul Khotimah.amiin..
Jazaqillah atas pesannya.

Anonim mengatakan...

Saya semakin bulat untuk tidak memilih SBY dalam PILPRES 8 juli 2009.

Mengapa?, silahkan pelajari apa yang saya tulis.

Ada satu kutipan yang saya ambil dari situs republika,
''Ini musim pemilu. Musim pilpres banyak yang menggunakan ilmu sihir. Luar biasa. Betul, saya merasakan dengan keluarga,'' kata SBY dalam sambutannya saat dzikir bersama 2.000-an jamaah dzikir di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (03/7) malam.

Tidak ada yang salah dengan zikir dan do'a sebagai benteng pelindung terhadap serangan sihir.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang presiden bisa mengeluarkan tuduhan yang tidak berdasar dan sulit dibuktikan bahwa lawan politiknya menggunakan sihir untuk untuk menyerang dia dan keluarganya sehingga kalah dalam pertarungan PILPRES?

Sungguh suatu pernyataan yang sangat tendensius dan prematur.

Kasus korupsi saja sulit membuktikan apalagi kasus sihir.

Apakah taktik "MERASA DIZALIMI" sudah mulai digencarkan?

Beliau tahu bahwa rakyat INDONESIA masih percaya dengan klenik dan perdukunan, inilah yang dimanfaatkannya.
Menuduh orang lain telah berlaku zalim kepada dia dan keluarganya dengan cara melakukan sihir pada dia dan keluarganya.
Rakyat INDONESIA yang berpikiran dangkal akan mudah percaya dengan pernyataan bodoh seperti itu, karena memang hal tersebut sulit dibuktikan.

Namun ada satu hal yang beliau lupakan.

Seseorang yang melakukan sihir berarti orang tersebut berkonspirasi dengan setan demi satu tujuan.
ISLAM mengharamkan perbuatan tersebut sampai menghukumi pelakunya sebagai "KAFIR"
karena telah melakukan syirik kepada Allah.

Artinya tanpa atau dengan disadarinya SBY telah menghukum lawan politiknya dengan sebutan "KAFIR"

sedangkan Umar Ibnu Khatab ra berpesan "barangsiapa yang memanggil saudaranya KAFIR, maka saksikanlah sesungguhnya dia (yang mengatakan tersebut) adalah KAFIR

Astaghfirullah, ini bukanlah perkara kecil saudaraku.

Demi Allah yang nyawaku berada di tangannya, saya merinding mendengar ucapan PRESIDEN kita saudara SBY yang telah dengan sengaja menuduh saudaranya seiman yang lain melakukan perbuatan seorang KAFIR MUSYRIK

Tidakkah perkataan beliau tersebut, sebagaimana yang dikatakan UMAR IBNU KHATAB akan kembali pada orang yang membuat tuduhan?

Ya Allah, Engkau yang membolak balik hati, tetapkanlah kami dalam keimanan,
Jangan Engkau sesatkan kami setelah Engkau beri kami petunjuk
Dan jadikanlah kami menjadi golongan orang orang yang beriman lagi Engkau ridhoi

Anonim mengatakan...

saya cuma mau berpesan, janganlah kita saling menghakimi untuk sesuatu yang tidak kita ketahui.

Kita tidak perlu mengeluarkan dalil yang panjang untuk menutupi keburukan seseorang.
ingat satu kebohongan hanya akan memperpanjang kedustaan.

Sebagai kader PKS (yang mengaji dari tahun 1992) Saya ikrarkan untuk memilih JK Wiranto

terserah orang mau bilang jilab istri mereka hanyalah hiasan belaka.
PKS seharusnya bangga bahwa dengan dakwahnya banyak wanita mulai sadar untuk menutup auratnya.
perkara apakah niatnya benar karena Allah, hanya Allah lah yang tahu.

sedangkan untuk orang yang jelas kefasikannya PKS membela mati-matian padahal untuk 1 kewajiban rukun Islam saja dia tidak mau mengakuinya.
Sadarlah wahai ikhwah, kalian seakan telah mengenal jalannya orang lain padahal tanpa kalian sadari kalian telah tersesat di dalamnya.

Bagi saya dan keluarga, PILPRES kali ini adalah pertaruhan aqidah, saya hanya ingin menyelamatkan diri dan keluarga saya dari neraka.

Wallahu'alam

raja mengatakan...

pro anonim ...jaka sembung banget deh kamu ... gak nyambung bener.. topik artikel diatas dengan koment kamu terlalu ghiroh gitu loh dengan no.3 gak sempet baca atau lirikan matamu ke artikel diatas ya ngedip juga gak apa-apa.. pindah dong ke thred yang nyambung...he..he.. ngaji dari tahun 92 gak ngaruh ya... cuma baca artikel jaka sembung.. he.. he...kuning abisss

 
Blogger Templates