Social Icons

Pages

Senin, 08 Juni 2009

Meluruskan "Fitnah" Soal Pernyataan Presiden PKS

Meluruskan 'Fitnah' Soal Pernyataan Presiden PKS [Tabayyun Dong, Jangan Asal Nyebarin:-( Jun 3, '09 3:19 AM
for everyone Bismillahirrohmanir rhiim.
Saya gerah juga melihat orang biaca ini itu tanpa tabayyun dan tanpa fakta yg akurat asal neybar dan ngulas saja soal pernyataan Presiden PKS: Ir.Tifatul Sembiring.
Nah, saya dan Kang Akmal, sudah mendapat tabayyun yg jelas dari yg bersangkutan. Kalau Kang Akmal dari Ustadz-nya yg dapat SMS dari Ir.Tifatul. Alhamdulillah, saya dapat baru saja dari Ir.Tifatul Sembiring.

Saya sedih karena itu sudah disebar kemana2 padahal yg menyebar belum tabayyun. Jk yg menyebar itu kaum munafik sih ga masalah [ingat haditsul 'ifki ya-red] tapi kalau yg menyebar itu ikhwah Muslim yg sama berjuang agar ISLAM bisa tetap tinggi. Itu yg buat saya sedih.

selamat membaca ya;-(
jangan termakan isu jk anda tak tahu apa2 soal PKS. Saya juga ga tahu apa2 tentang PKS:-(
Tapi saya ga asal tulis ini dan itu juga, kalau saya salah tulis, saya ada yg menasehati secara langsung dengan adab yg ALLOH ajarkan.
***

assalaamu’alaikum wr. wb.

Di abad informasi ini, berita dari New York bisa sampai di Indonesia jauh lebih cepat daripada pesawat yang paling cepat sekalipun. Seorang istri ditampar suaminya, sejam berikutnya ribuan orang sudah baca curhatnya. Barangkali itulah sebabnya pihak manajemen RS Omni begitu khawatir pada tulisan Ibu Prita. Internet memang membuat batasan-batasan geografis menjadi tidak relevan.

Kecepatan menjadi kata kunci dalam segala hal. Bermunculanlah situs-situs berita yang mengandalkan kecepatan. Tentu mereka tak perlu bilang bahwa pada level tertentu, kecepatan bisa mengorbankan akurasi. It’s bad marketing, of course. That’s why it’s never been said. Tapi kenyataan itu terjadi berulang kali. Dan kenyataannya, seperti yang berulang kali ditunjukkan dalam tulisan-tulisan Sirikit Syah, seorang pakar jurnalistik, menuntut tanggung jawab media atas pemberitaan yang dilakukannya sangat mudah. Belum apa-apa sudah dituduh memasung kebebasan berbicara. Tapi menyatakan pendapat dan mewartakan kebohongan adalah dua hal yang sangat berbeda.

Maka kecepatan pun menjadi kata kunci bagi para konsumen berita. Pokoknya asal cepat. Semua ingin jadi yang paling pertama tahu, entah kenapa. Maka jatah siaran infotainment pun diperbanyak, mulai dari pagi, siang, sore, malam, dan konon tengah malam pun ada. Semua ingin cepat-cepat mengetahui, apakah artis A jadi cerai atau tidak, apakah artis B sedang cari jodoh atau masih betah sendiri, atau ingin tahu detil cerita tentang kejutan di acara ulang tahunnya artis C. Tidak masalah beritanya penting atau tidak, yang penting jadi yang pertama mendengarnya. Pada titik ini, akurasi berita sudah hilang sama sekali dari prioritas.

I think about these kinds of things a lot. Kadang jadi masalah sepele, kadang rumit juga, bahkan adakalanya menjadi gawat. Berbeda dengan pola pikir liberal murni yang membatasi hidup pada seputar dirinya saja, kita sebagai Muslim punya tuntutan untuk berpikir sebagai satu tubuh yang saling menunjang. Oleh karena itu, respon terhadap berita yang mungkin mengganggu stabilitas tubuh ini mesti ditanggapi dengan serius. Saya akan menggelar sebuah studi kasus untuk mempermudah kita memahaminya.

Studi Kasus
Senin malam, 1 Juni 2009 yang lalu. Saya sedang pergi keluar, mencari makan malam. Sampailah pesan singkat itu di ponsel saya. Beginilah kutipannya :

Presiden PKS, Tifatul Sembiring, Majalah Tempo, 7 Juni 2009 : “Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik? Soal selembar kain saja kok dirisaukan?”

Begitulah kutipan beritanya. Analisisnya? Tenang, masih ada lanjutannya :

Astaghfirullah! Bagaimana jika pertanyaan itu dilanjutkan : “Apa kalau capresnya shalat, puasa, zakat, dan berhaji lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?” Sama dengan shalat, puasa, zakat dan berhaji, jilbab itu perintah Qur’an. Demi koalisi dengan SBY-Boediono, Tifatul tega mereduksi perintah Qur’an jadi “soal selembar kain”. Astaghfirullah!

Pesan singkat di atas tidak saya ubah sama sekali, kecuali beberapa kata yang sebelumnya disingkat, karena untuk kebutuhan SMS memang biasanya orang melakukan penyingkatan kata. Tapiinsya Allah isinya demikian adanya.

Saya cuma geleng-geleng kepala membaca pesan singkat itu. Sayang, pulsa sudah habis untuk menjawabnya.

Keesokan paginya, dari berbagai milis, berita yang sama pun beredar kembali. Ust. Tifatul Sembiring telah melecehkan kewajiban Muslimah untuk mengenakan jilbab, hanya demi koalisi dengan SBY-Boediono. Begitulah cemoohan orang-orang. Penjilat, oportunis, pragmatis, berbagai predikat pun melayang bebas. Muncul pula pertanyaan seputar aqidah ust. Tifatul. Nampaknya inilah titik ekstremnya.

Sebagai penutup kasus, perlu disampaikan pula bahwa pada sore harinya klarifikasi yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Seseorang meneruskan pesan singkat yang dikirimkan oleh Ust. Tifatul sendiri kepada seorang ustadz lainnya yang meminta klarifikasi. Begini bunyinya (sekali lagi, penulisan saya benahi karena konteksnya berubah, dari format pesan singkat menjadi format blog) :

Antum percaya Tempo atau ana? Antum baca deh artikel yang menyerang PKS di Tempo. Dia tanya, “Apakah PKS menekan SBY agar Bu Ani pakai jilbab?”, saya bilang “bukan!”. Dia tanya, “Apakah Bu Ani berjilbab lantaran alasan politik?”, saya jawab “Nggak tahu, tanya langsung ke orangnya!” “Anda ini rewel banget,” kata saya, “urusan selembar kain diatas kepala wanita, die gak pake kerudung ente ributin, dah pake kerudung diributin juga!”. Itu bahasa saya ke Tempo, yang saya tahu wataknya tidak Islami. Nah, percaya siapa?

Klarifikasi datang, kasus ditutup. Tapi yang ingin saya bicarakan bukan kasusnya, melainkan hal-hal kecil yang seringkali terlupakan di sekitarnya.

Ukhuwwah : Sebuah Uji Konsistensi
Setelah klarifikasi datang, terjadilah arus balik. Mereka yang mencemooh kini harus menghadapi nasib sebagai yang dicemooh balik. Kenapa sembarangan mengambil berita? Mengapa Tempo dianggap lebih tsiqah daripada Ust. Tifatul? Mengapa tidak kembali pada materi-materi ukhuwah yang sudah dipelajarinya bertahun-tahun? Mengapa tidak kembali ke ashalah dakwah yang mendahulukan husnuzhzhan dan tabayyun, sebelum ambil kesimpulan dan mem-forward e- mail dan SMS kesana kemari?

Ada yang berkelit, katanya ini bentuk ukhuwwah juga. Kalau ada yang mengkritik PKS, itu artinya dia sayang pada PKS. Yang mencela sebenarnya tengah mengekspresikan ekspektasinya yang sangat tinggi pada PKS, sehingga urusan jilbab ini menjadi sangat penting baginya.

Alhamdulillaah, rupanya ukhuwwah masih disinggung-singgung . Masih ada yang ingat pada ukhuwwah. Tapi bagaimanapun harus dicek konsistensi ucapan dan perbuatannya.

Allah dan Rasul-Nya menghendaki umat Islam ini menjadi satu keluarga besar. Semuanya harus saling memperlakukan bagai saudara, bahkan dalam analogi yang paling tingginya, bagaikan satu tubuh. Kita cukupkan pada analogi ‘saudara kandung’ saja, agar mudah membayangkannya.

Bayangkanlah suatu hari Anda pulang ke rumah, lalu dalam perjalanan disapa oleh seorang penjaga warung yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Anda. Lalu ia bercerita bahwa adik Anda yang terkenal alim itu diam-diam suka berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahram- nya ketika Anda tidak sedang di rumah. Kemudian dengan perasaan marah, Anda pulang ke rumah. Mendapati adik sedang santai-santai di depan teras, ia langsung didamprat di tempat. “Dasar nggak tahu malu! Ternyata kamu begini ya kelakuannya. Main perempuan seenaknya di rumah. Apa kata tetangga? Bikin malu orang tua aja!!!” Tetangga-tetangga dalam radius 30 meter pun ikut menyimak Anda memarahi adik sendiri.

Lima menit kemudian, lewatlah sang penjaga warung dan berkata : “April Mop!” Sayangnya tidak banyak yang mendengar. Sudah banyak yang kembali ke urusannya masing-masing, dengan menyimpan ‘pengetahuan’ bahwa adik Anda ternyata suka main perempuan.

Beginikah yang namanya saudara? Lebih percaya pada orang lain, daripada adik sendiri? Langsung mempermalukannya di depan umum, dan bukannya mengajaknya bicara dari hati ke hati?

Jawaban Ust. Tifatul di atas sebenarnya cukup untuk membuat hati teriris-iris, kalau memang kita merasa bersaudara. Bagaimana perasaan Anda kalau adik, kakak, anak, atau orang tua Anda bertanya dengan getir, “Kamu percaya pada saya atau pada mereka?” Hilangnya kepercayaan orang adalah salah satu hal yang paling menyakitkan yang bisa terjadi di dalam keluarga. Betapa perihnya hati begitu mengetahui bahwa saudara kita sendiri tidak percaya pada kita. Saya harap mereka yang terlanjur mencemooh Ust. Tifatul (dengan alasan “ukhuwwah”) juga merasakan getirnya jawaban beliau.

Dunia Maya dan Tanggung Jawab Moral
Mari berpikir lebih teknis. Begitu dengar berita miring, Anda langsung kirim e-mail ke berbagai milis, SMS ke handai-taulan, bahkan kalau perlu pasang juga di blog atau di Facebook. Ketika Anda mengirimkan sebuah berita, maka Anda pun telah memicu sebuah reaksi berantai. Katakanlah, dalam waktu 2 jam setelah Anda menyebarluaskan berita itu, sudah 1000 orang yang menerima berita itu dan menganggapnya sebagai berita yang benar. Dari 1000 orang itu, ada yang ikut mencemooh, ada pula yang cuma diam saja dan menyimpan informasinya dalam benak.

Dua jam setelah Anda menyebarluaskan berita, muncullah klarifikasinya. Ternyata itu semua bohong belaka! Kalau bicara tanggung jawab moral, maka Anda punya kewajiban untuk menyebarluaskan klarifikasi itu kepada orang-orang yang sebelumnya telah Anda kirimi berita. Tapi apa bisa?

Ya, Anda bisa kirim lagi e-mail dan SMS ke orang-orang dan milis-milis yang sama. Tapi ada dua masalah. Pertama, berita itu sudah bukan hanya berada di tangan orang-orang yang Anda kirimi berita, karena mereka bisa saja sudah meneruskannya ke orang lain. Anda bisa saja bilang bahwa mereka pun bertanggung jawab untuk menghentikan peredaran berita bohong itu, tapi Anda tetap akan dimintai pertanggungjawabann ya, karena Anda-lah yang telah menyebarluaskan berita sejak awal tanpa berpikir panjang siapa yang akan menerima berita tersebut.

Masalah kedua : bisa jadi diantara 1000 orang itu ada yang tidak menerima berita klarifikasinya. Jadi bagi mereka, berita yang dipandang shahih adalah berita yang pertama. Sebab, mereka tidak pakai Outlook atau aplikasi semacamnya. Mereka baca berita miring soal Ust. Tifatul kebetulan ketika sedang online. Ketika klarifikasinya datang, kebetulan mereka sedang tidak online. Kemungkinannya lebih besar lagi kalau Anda posting berita itu di blog. Yang membaca posting pertama bisa jadi tidak membaca posting kedua. Akhirnya mereka pun terus menyebarluaskan berita yang sebenarnya sudah diralat itu. There’s nothing you can do about it! Itulah konsekuensi mengikuti milis dan menulis di blog. Yang menakutkannya, kemungkinan besar Anda masih akan dituntut pertanggungjawabann ya kelak.

Siapakah Pendusta Itu ?
Peradaban Islam memiliki perangkat yang lengkap dalam menyikapi informasi. Umat ini semestinya adalah yang paling siap dalam menghadapi era globalisasi, begitulah teorinya. Mulai dari prinsipukhuwwah, mekanisme husnuzhzha n dan tabayyun, larangan untuk mengatakan apa-apa yang tidak kita paham betul, dan masih banyak lagi prinsip lainnya yang seharusnya memberikan kita kekebalan lebih baik dalam menyikapi fenomena bebas beredarnya informasi di masa kini.

Barangkali ada baiknya jika saya menutup uraian ini dengan sebuah hadits shahih yang nampaknya sangat relevan untuk kita jadikan cermin saat ini :

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Cukuplah bagi orang itu disebut pendusta apabila dia membicarakan setiap (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim)

wassalaamu’alaikum wr. wb

41 komentar:

shofy@n ahmad mengatakan...

Allahu Akbar!! mg Allah membarikan petunjuk dan ampunan pd org2 yg selalu berburuk sangka dan ingin meredupkan dakwah ini! dan mdh2an qt sbg kader dakwah senantiasa diberi kesabaran dan ttp istiqomah dlm mempejuangkan dakwah ini.(shofyan Magelang)

Ristu hasriandi Khoo mengatakan...

Ana jadi ingat kisah Umar bin Khattab dan Abu Bakar ketika terjadi Perjanjian Hudaybiyah....
ketika Rasulullah menyetujui perjanjian tersebut, Umar tdk terima..... dia protes ke Rasul. Rasul jawab (tabayyun mengapa Rasul setuju...
tidak puas, Umar tanya kepada Abu Bakar. "apa engkau percaya Muhammad itu Rasul?" tanya Umar kepada Abu Bakar........
Abu Bakar menjawab"ya".
"tapi mengapa engkau diam ketika Muhammad menyetujui perjanjian tersebut?" umar bertanya lagi..
"apa engkau tidak percaya kepada Muhammad yang diutu ALLAH?" jawab Abu Bakar.......
Subhanallah... kita tahu Umar bin Kaththab itu kritis dan tegasorangnya.. tp lihat jiwa tabayyunnya..
memangnya kita sebaik Umar??? seharusnya kita mencontoh Umar, tabayyun baru bicara.....

(ristu-hasriandi.blogspot.com)

Anonim mengatakan...

Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka. (HR. Muslim)

Umatku ini dirahmati Allah dan tidak akan disiksa di akhirat, tetapi siksaan terhadap mereka di dunia berupa fitnah-fitnah, gempa bumi, peperangan dan musibah-musibah. (HR. Abu Dawud)

Anonim mengatakan...

Sepertinya para qiyadah harus belajar ilmu komunikasi,jangan mudah memberikan penyataan,jadinya ya seperti ini yang satu omong ini yang lain omong lain lagi. Bagusnya nggak usah pada ngomong macem2 lah malah bikin pusing kader2 dibawah, tunjuk saja salah satu jadi jubir yng lain diam aja. Tenyata mudharat dukung mendukung ini lebih besar dibanding manfaatnya, belum apa2 sudah bikin perpecahan internal, lebih baik jadi oposisi saja fair dalam membela rakyat dan umat dan optimalkan kerja sebagai wakil rakyat, InsyaAllah PKS menjadi lebih dipercaya rakyat

blink mengatakan...

Mas, penjelasanmu terlalu panjang... saya nggak sempet membacanya...

Anonim mengatakan...

Aslmwrwb
silakan lihat
http://adivictoria1924.wordpress.com/2009/05/17/menjaga-kehormatan-saudara-ayo-tabayyun/
Wslmwrwb

Anonim mengatakan...

astagfirullah, selama ini saya termakan dengan fitnah tersebut. syukran atas informasinya, insyaAllah semakin menguatkan saya diperjuangan ini.

Anonim mengatakan...

Astafgirullah li wa lahum....

Saya termasuk yang kecewa dengan sikap politik PKS terakhir. Cukup sampai di PILEG kemarin, setelah dalam pemilu-pemilu sebelumnya saya selalu memilih PKS. Bahakan saya harus merasa minta maaf bagi orang-orang yang selama ini telah saya ajak memilih PKS, karena mereka juga kecewa dengan haluan politik PKS terakhir yang terkesan sangat pragmatis, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan akan muncul dari partai yang selama ini dipandang sebagai satu-satunya partai yang punya komitmen moralitas yang tinggi. Mulai saat ini, Bismillah.... saya tidak akan lagi memilih PKS dalam pemilu-pemilu mendatang....... Saya yakin bahwa saya bukanlah satu-satunya simpatisan PKS yang merasakan kekecewaan seperti ini.

Anonim mengatakan...

galilah ilmu dari sumbernya (ulama salaf)

DS bukan NAbi bukan malaikat

kenapa masih berdebat

ayat muhkamat

arief mengatakan...

uhm, kalo memang begitu adanya, alangkah baiknya ust. Tifatul menuntut pihak tempo dengan delik pencemaran nama baik. okeh....

shandy mengatakan...

fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah (Majelis fatwa-nya ARAB saudi)
Tanya :
Kami melihat masih banyak orang ketika mereka melihat orang lain yang bersungguh-sungguh dalam beragama atau beribadah malah memperolok-oloknya. Sebagian yang lain ada yang berbicara tentang agama dengan nada mengejek dan memperolok-olok. Bagaimanakah orang yang seperti ini?
Jawab: "Memperolok-olok agama Islam atau bagiannya adalah kufur akbar, berdasarkan firman Allah :
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?".
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At Taubah 9 : 65-66).
Barangsiapa mengolok-olok orang yang bersungguh-sungguh dalam beragama atau menjaga shalatnya disebabkan kesungguhan dan konsistennya di dalam beragama, maka tergolong ke dalam mengolok-olok agama. Tidak diperbolehkan duduk-duduk dan bersahabat dengan orang seperti ini. Demikian juga dengan orang yang membicarakan masalah-masalah agama dengan nada menghina dan mengejek, maka dapat dikategorikan kafir, tidak boleh berteman dan duduk bersama mereka. Bahkan kita harus mengingkarinya, mengingatkan orang lain agar jangan mendekatinya, juga menganjurkan kepadanya agar bertaubat kepada Allah karena sesungguhnya Dia Maha menerima taubat. Jika ia tidak mau bertaubat, maka dia dapat diajukan ke pengadilan setelah benar-benar terbukti ia melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap agama Islam dan dengan membawa saksi yang adil supaya mendapatkan keputusan hukuman dari mahkamah syar’iyyah (pengadilan Islam).

Intinya, bahwa masalah ini adalah masalah yang sangat besar dan berbahaya, maka wajib bagi setiap muslim untuk mengetahui ajaran agamanya, supaya dapat berhati-hati dari hal ini dan agar dapat mengingatkan orang tentang bahaya menghina, mengolok-olok dan melecehkan agama. Sebab hal ini merusak aqidah dan merupakan penghinaan terhadap al-haq dan para pelakunya.(Syaikh Ibnu Baz)
sumber : http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=402

Anonim mengatakan...

Wahai Akhi penulis "yang meluruskan 'Fitnah'", Antum harus sadar ..... bahwa untuk meluruskan 1 buah kalimat saja .....Antum cerita panjang berparagraph-paragraph .....memang tidak ada masalah sich ...buat Antum menulis sepanjang itu ....tapi yang baca .... belum tentu ngerti dan sependapat dengan Antum, dan mengaanggap mencari dalil pembenaran saja ..... contoh mudahnya........ kalau Antum akan berbohong dalam suatu hal, Antum-kan harus mengarang cerita yang panjang ...untuk meyakinkan bahwa yang Antum ceritan itu benar, padahal kalau Antum jujur .... jawabannya hanya 1 atau kata.
Jadi hikmahnya ... jagalah lisan itu ....!!! karena sangat berbahaya ..... yang jelas kata yang spontan terucap itu menggambarkan pengertian yang sebenarnya didalam hati ...tanpa rekayasa ....jadi "Jilbab" itu, menurut Ir. Tifatul Sembiring ...adalah hanya "Selembar Kain"

Ken Arok

Anonim mengatakan...

yach..boleh juga sich pembelaannya...okelah kalau yg masalah selembar kain itu ada pemelintiran kata oleh tempo,tapi... kenapa tidak disomasi aja temponya. yang kami lihat justru setelah isu selembar kain itu.. manufernya pks makin tdk islami..target mentrinya kental sekali ..hanya melihat dunia. kita lihat aja nanti apa pks dpt mentri yg diharapkannya.

Anonim mengatakan...

kalo boleh saya usul, kalian semua syahadat ulang...

Yahya Ayyasy mengatakan...

untuk para anonim, Ya sudah dech anda paling benar dan paling bijak...dan anda pengikut sunnah yg paling benar.
Untuk para kader dakwah, Tidak ada yg bisa kita harapkan pembelaan dari seseorang yg hatinya telah diliputi dengan kebencian.

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu tidak berlaku adil, berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa"

Abu Jundia mengatakan...

syarat kunci untuk menjadi seorang junud adalah TSIQOH. biarkan saja orang lain mencibir dan mencela, mudah2an Allah selalu membimbing para qiyadah kita

Anonim mengatakan...

Untuk para Anonim. Antum semua itu mengkritik, tapi sembunyi tangan ... eh nama. Itu artinya gak berani. Jadi siapa yang anonim... eh salah. Antum ato ane ....

Sama-sama anonim.

Anonim mengatakan...

assalamualaikum

JIka membaca komentar pak tifatul tentang TEMPO, saya jadi balik bertanya? sekarang ini muncul iklam yang didalamnya ada CEO Tempo mendukung SBY Boediono..
nah jika Kita merasa kerap 'disudukan' oleh Tempo...mengapa sekarang masih tetap jadi satu gerbong?

abu ahsan mengatakan...

Allah. HAmba ingin menangis dihadapanmu mengenai berita ini. Ternyata Pasrati Dakwah ini memang sedang diuji olehmu. Bukannya hamba tidak menerima, tapi hambanya yang lemah. Kuatkan hamba

Anonim mengatakan...

Ketua Umum PB Al-Wasliyah, KH Azidin, justru menyoroti kualitas keagamaan Boediono yang dikatakan SBY sebagai “muslim yang taat” saat pidato deklarasi pencalonan mereka di Gedung Sabuga, Bandung. Sebab, berdasarkan laporan harta kekayaan yang diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu syarat pencalonan, harta Boediono cukup fantastis: Rp 22,6 miliar. Namun, sampai saat ini mantan Gubernur BI itu belum menunaikan ibadah haji.

Anonim mengatakan...

“Kalau seseorang sudah mampu berhaji, harus dan wajib melaksanakan. Kalau orang yang mampu berhaji tapi tidak melaksanakannya sampai akhirnya wafat, maka dia bisa menjadi orang yang merugi, bahkan bisa musrik karena tidak melaksanakan rukun Islam yang kelima,” ujar Azidin kepada Indonesia Monitor, Rabu (27/5).

Anonim mengatakan...

Makanya, kata dia, wajar saja jika kader-kader parpol Islam menolak Boediono. Sayangnya, keberatan mereka tidak didengar oleh SBY. Makanya, dia mewanti-wanti kepada parpol-parpol yang masuk dalam koalisi pendukung SBY-Boediono. “Siap-siaplah dikhianati SBY. Jangan ada penyesalan,” ujar mantan anggota DPR dari Partai Demokrat itu.

Anonim mengatakan...

Permadi menyarankan, sebaiknya Boediono terbuka dengan status keagamaan keluarganya, jangan ada yang disembunyi-sembunyikan. Sebab, kalau tidak terus terang, justru serangan terhadap keyakinannya akan semakin gencar. “Sebaiknya Boediono ksatria seperti saya, bahwa saya Kejawen, apa susahnya,” tutur politisi PDIP yang baru lompat ke Partai Gerindra itu.

Anonim mengatakan...

Apakah PKS tidak menyelidiki terlebih dulu sebelum memutuskan berkoalisi mendukung SBY-Boediono? “Kita memilih capres-cawapres kan bukan personal, tapi performa. Kalau soal itu (dugaan non-muslim) sangat personal, tidak relefan dikaitkan dengan dukungan PKS ke pasangan SBY-Boediono,” elak Mahfudz Siddiq kepada Indonesia Monitor, Senin (1/6).

nu kasep tea mengatakan...

Saya yakin, semua capres baik itu Mega-Pro, SBY-Boed, JK-Win, pengen mensejahterakan rakyat. Tinggal program2 mereka yang tepat mana, itu menjadi penilaian kita masing2.
Karena itu, buat teman2 PKS gak perlu nyinyir mengecilkan pasangan lain sampai keseleo lidah. Begitu juga yang tak suka SBY-Boed juga jangan gampang menghembuskan isu SARA dan neo lib.
Udah deh, kompetisi aja dan tak perlu ngomong berbusa2. Rakyat udah ngerti kok, dari track record masing2, mana yang mampu dan yang asbun atau asal pesona.
Teman2, lebih baik konsentrasi deh ke masyarakat keseharian. Paling tidak yuk kita sama2 sholat berjamaah, udah deh pasti hilang tuh rasa persaingan tidak sehat

Anonim mengatakan...

SBY menonjolkan sosok Boediono sebagai seorang muslim yang taat karena adanya desakan dari PKS yang mempertanyakan keislaman cawapresnya itu. Jika isu keluarga Boediono yang kurang islami tersebut terus diblow up, bukan tidak mungkin akan merepotkan duet SBY-Boediono di pilpres mendatang.

Hal itu disampaikan oleh pengamat politik UI Arbi Sanit dan pengamat komunikasi politik UI Effendy Ghazali secara terpisah kepada Indonesia Monitor, Rabu (27/5). “PKS menganggap, Boediono tidak mengembangkan kultur Islam di keluarganya. Makanya SBY perlu melayani hal ini, karena PKS bagaimanapun memiliki dukungan yang lumayan besar,” ujar Arbi Sanit.

Anonim mengatakan...

Arbi menegaskan apa yang disampaikan SBY merupakan kebutuhan dia untuk melakukan komunikasi dengan partai lain. “Itu kebutuhan riil dari politik SBY,” lanjutnya.

Isu yang dilempar PKS sebenarnya justru akan semakin menyulitkan PKS sebagai mitra koalisi. Sebab, isu-isu itu bisa dimanfaatkan oleh capres lain.

“Apalagi kemudian, soal harta Boediono yang Rp 20 miliar tapi belum juga naik haji, itu menjadi persoalan juga yang akan dimanfaatkan oleh capres lawan,” tegasnya.

Para capres lawan, lanjut Arbi akan melihat peluang kelemahan apa yang bisa wacanakan, karena fungsi kampanye memang mengembangkan pengaruh supaya meraup pemilih sebanyakbanyaknya. Cara untuk mendapatkan pengaruh itu bisa bermacam-macam.

Effendy Ghazali juga sependapat dengan Arbi. Menurutnya, sebagai sebuah komunikasi politik, apa yang dilakukan SBY memang perlu. Sebagai presiden, dia tahu bahwa itu harus di-address. “Cuma lain waktu jangan ditambah-tambahin lagi, cukup itu saja. Kecuali nanti ada hal-hal baru dan fakta-fakta baru, baru diulangi,” ujar Effendy Ghazali.

Anonim mengatakan...

Terkait desakan untuk mengenakan jilbab kepada istrinya SBY dan Boediono, menurut Effendy, hal itu justru bisa jadi bumerang bagi mereka. Sebab, dari sisi politis, kalau pemakaian jilbab dipaksakan, hal itu akan dianggap telah dipengaruhi oleh PKS. “Malah nanti orang pada lari, nggak jadi milih mereka. Lebih bagus dijembatani saja dengan pemakaian jilbab ketika ada acara-acara keagamaan,” sarannya.

Effendy mengakui, secara nature tampilan istri SBY-Boediono yang tanpa jilbab sangat menguntungkan citra Mufidah Kalla dan Uga Wiranto yang kesehariannya memang memakai jilbab. “Kalau isu jilbab para istri ini terusmenerus digaungkan oleh media massa, pasti akan ada pengaruhnya bagi perolehan suara SBY-Boediono,” ujarnya.

■ Sri Widodo, Moh Anshari

Anonim mengatakan...

Menurutnya, sikap terlalu percaya diri yang berlebihan (over confident) SBY mendorongnya melupakan teman-teman koalisinya. Adanya perpecahan di tubuh partai pendukung menjadi catatan penting bahwa ada korelasi perpecahan itu dengan sikap percaya dirinya yang berlebihan itu.

Elit politik, lanjut Firman, juga tidak bisa dijadikan patokan bahwa sepenuhnya mewakili masyarakat pemilih. “Seperti PKS di Makassar, dari situ mulai ada indikasi perpecahan ketika Anis Matta (Sekjen PKS) bilang bahwa sekarang harus bekerja untuk menyukseskan SBY-Boediono,” ungkapnya.

Seruan itu, lanjut Firman, tidak sertamerta ditanggapi secara bulat oleh kader-kader PKS. Tak hanya di PKS, di PAN dan PPP juga menunjukkan indikasi yang sama. “Jadi, kita bisa membayangkan di jajaran elite parpol yang ada di Jakarta suaranya terpecah, bagaimana di level grassroot,” tandasnya.

Menurut Firman, yang akan memengaruhi pasangan capres unggul atau tidak bisa dilihat dari produk politiknya yang meliputi siapa pasangannya, track record-nya, media yang digunakan, konten yang akan digunakan, dan bagaimana positioning-nya.

Ketiga capres yang ada saat ini, kata Firman, positioning-nya sudah jelas. Pertama SBY-Boediono, pasti akan tetap mengusung kesuksesan selama lima tahun. Mega-Pro pasti akan menolak klaim kesuksesan lima tahun itu. JK juga mengusung sukses lima tahun.

Sementara itu, dari sisi konsep ekonomi, menurut pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Kodrat Wibowo, ketiga capres belum ada yang memiliki konsep secara realistis. “Semua masih bicara jargon, bicara tentang harapan yang sifatnya normatif,” ujar Kodrat Wibowo kepada Indonesia Monitor, Sabtu (23/5).

Namun, terkait dengan wacana pertarungan konsep neoliberal versus kerakyatan, menurut Kodrat, pasangan JK-Wiranto dan Mega-Prabowo mencoba melepas “kutukan” neoliberal. “Kalau SBY-Boediono memang sudah seperti itu pilihannya. Mereka tidak akan lepas dari neoliberalism karena baunya sampai sekarang sudah menyengat. Neoliberalism sudah menempal dalam citra mereka,” paparnya.

■ Sri Widodo

Anonim mengatakan...

“Sekarang memang elektabilitas SBY cukup tinggi, tetapi ketika Boediono yang dipilih menjadi cawapres, ada banyak faktor yang akan menentukan. Saya kira akan ada isu yang akan ditiupkan oleh pasangan Mega-Prabowo terkait dengan isu-isu ideologis, kemudian akan ada isu yang ditiupkan oleh JK-Wiranto terkait dengan isu-isu geografis, representasi daerah. Sehingga wakil presiden akan menentukan isu apa yang akan dimainkan,” ujar pengamat politik Universitas Paramadina, Bima Arya Sugiarto kepada Indonesia Monitor, Kamis (14/5).

Anonim mengatakan...

Kelemahan SBY dalam penegakan hukum, dicermati dari penindakan koruptor yang lebih terkesan tebang pilih. Maling-maling BLBI yang telah merugikan keuangan Negara dalam jumlah besar, tak satupun yang ditangkap

Anonim mengatakan...

saya heran dengan SBY. Katanya, kekayaan SBY terendah, tapi kok iklannya paling banyak muncul di televisi. Jadi duitnya darimana tuh

Anonim mengatakan...

Kami menyesalkan statement tim SBY yang mengatakan dana BLT bukan dari utang luar negeri. Sepengetahuan kami, sesuai laporan BPK, dana BLT benar berasal dari utang luar negeri yaitu dari World Bank senilai 1 miliar dolar AS, sesuai tercantum di pihak World Bank bahwa pinjaman tersebut digunakan untuk safety net

raja mengatakan...

untuk anonim

anda banyak mengutip ke tabloid indonesia monitor, tabloid IM -kan milik salah satu pasangan capress-golkar yg muncul tiba2 pas pilpress ini, salah satu artikelnya yg berjudul Apa PKS tidak tahu istri Budiona katolik ? yg disebarkan waktu kampanye Jusuf Kalla oleh kader Hanura akhirnya masuk bui....
Ternyata anonim salah satu tim sukses pasangan capress ya... ketahuan deh... coba2 menyusup kekader pks he..he...

Anonim mengatakan...

jangan jadikan fakta sebagai hukum,
tapi fakta adalah sesuatu yang harus dihukumi.
jangan mencari pembenaran kalo kebenaran sudah ada.

Anonim mengatakan...

Saya semakin bulat untuk tidak memilih SBY dalam PILPRES 8 juli 2009.

Mengapa?, silahkan pelajari apa yang saya tulis.

Ada satu kutipan yang saya ambil dari situs republika,
''Ini musim pemilu. Musim pilpres banyak yang menggunakan ilmu sihir. Luar biasa. Betul, saya merasakan dengan keluarga,'' kata SBY dalam sambutannya saat dzikir bersama 2.000-an jamaah dzikir di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (03/7) malam.

Tidak ada yang salah dengan zikir dan do'a sebagai benteng pelindung terhadap serangan sihir.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang presiden bisa mengeluarkan tuduhan yang tidak berdasar dan sulit dibuktikan bahwa lawan politiknya menggunakan sihir untuk untuk menyerang dia dan keluarganya sehingga kalah dalam pertarungan PILPRES?

Sungguh suatu pernyataan yang sangat tendensius dan prematur.

Kasus korupsi saja sulit membuktikan apalagi kasus sihir.

Apakah taktik "MERASA DIZALIMI" sudah mulai digencarkan?

Beliau tahu bahwa rakyat INDONESIA masih percaya dengan klenik dan perdukunan, inilah yang dimanfaatkannya.
Menuduh orang lain telah berlaku zalim kepada dia dan keluarganya dengan cara melakukan sihir pada dia dan keluarganya.
Rakyat INDONESIA yang berpikiran dangkal akan mudah percaya dengan pernyataan bodoh seperti itu, karena memang hal tersebut sulit dibuktikan.

Namun ada satu hal yang beliau lupakan.

Seseorang yang melakukan sihir berarti orang tersebut berkonspirasi dengan setan demi satu tujuan.
ISLAM mengharamkan perbuatan tersebut sampai menghukumi pelakunya sebagai "KAFIR"
karena telah melakukan syirik kepada Allah.

Artinya tanpa atau dengan disadarinya SBY telah menghukum lawan politiknya dengan sebutan "KAFIR"

sedangkan Umar Ibnu Khatab ra berpesan "barangsiapa yang memanggil saudaranya KAFIR, maka saksikanlah sesungguhnya dia (yang mengatakan tersebut) adalah KAFIR

Astaghfirullah, ini bukanlah perkara kecil saudaraku.

Demi Allah yang nyawaku berada di tangannya, saya merinding mendengar ucapan PRESIDEN kita saudara SBY yang telah dengan sengaja menuduh saudaranya seiman yang lain melakukan perbuatan seorang KAFIR MUSYRIK

Tidakkah perkataan beliau tersebut, sebagaimana yang dikatakan UMAR IBNU KHATAB akan kembali pada orang yang membuat tuduhan?

Ya Allah, Engkau yang membolak balik hati, tetapkanlah kami dalam keimanan,
Jangan Engkau sesatkan kami setelah Engkau beri kami petunjuk
Dan jadikanlah kami menjadi golongan orang orang yang beriman lagi Engkau ridhoi

dakwah mengatakan...

'Ngaku Disihir, SBY Bahayakan Bangsa'
Itu sama dg menjustifikasi bahwa dlm hidup ini ukurannya bukan lagi akal sehat, tetapi jg ukuran lain yg tdk rasional. Itu bs menciptakn disorientasi

'SBY Memalukan Percaya Sihir'
Sngat menyedihkn juga memalukan, seorang Presiden RI yg seorang doktor SBY percaya ilmu sihir,kata Fajroel Rachman

'Soeharto Saja Tak Bilang Dia Kejawen'
itukan menjadi urusan pribadi, tdk dijadikan discourse publik. Coba mana pernah Soeharto bilang2 dia kejawen?

nabila mengatakan...

Menyikapi pernyataan SBY disihir berbau fitnah.
Berarti SBY sdh bermain kotor & sangat tdk santun
Obama BlackBerry, Kok SBY Black Magic?
"Sekarang kan zaman sudah modern, era teknologi canggih, zamannya BlackBerry, kok bicara soal sihir?
Apa tdk py isu yg kreatif, Isu SBY tebarkan fitnah

gus zikry mengatakan...

SBY Tak Rasional & Cengeng

"Kalau zikir itu boleh-boleh saja, biasa-biasa saja dilakukan. Tapi mengumpulkan kiai dan disebarkan bahwa ilmu hitam begini, ilmu hitam begitu, ini tidak rasional, tidak mendidik, cengeng,"

abu ilyas mengatakan...

Mendengar ucapan PRESIDEN kita saudara SBY yang telah dg sengaja menuduh saudaranya seiman yg lain melakukn perbuatan seorg KAFIR MUSYRIK sungguh fitnah jahat & politik kotor.
Klu tdk mau disbt fitnah jahat tlg buktikn dong?
Kasihan Bu Mega & P. JK dituduh melakukan perbuatan KAFIR MUSYRIK

Anonim mengatakan...

saya cuma mau berpesan, janganlah kita saling menghakimi untuk sesuatu yang tidak kita ketahui.

Kita tidak perlu mengeluarkan dalil yang panjang untuk menutupi keburukan seseorang.
ingat satu kebohongan hanya akan memperpanjang kedustaan.

Sebagai kader PKS (yang mengaji dari tahun 1992) Saya ikrarkan untuk memilih JK Wiranto

terserah orang mau bilang jilab istri mereka hanyalah hiasan belaka.
PKS seharusnya bangga bahwa dengan dakwahnya banyak wanita mulai sadar untuk menutup auratnya.
perkara apakah niatnya benar karena Allah, hanya Allah lah yang tahu.

sedangkan untuk orang yang jelas kefasikannya PKS membela mati-matian padahal untuk 1 kewajiban rukun Islam saja dia tidak mau mengakuinya.
Sadarlah wahai ikhwah, kalian seakan telah mengenal jalannya orang lain padahal tanpa kalian sadari kalian telah tersesat di dalamnya.

Bagi saya dan keluarga, PILPRES kali ini adalah pertaruhan aqidah, saya hanya ingin menyelamatkan diri dan keluarga saya dari neraka.

Wallahu'alam

 
Blogger Templates